Galleonnewsonline – Rusia kirim pasukan terluka kembali ke garis depan meskipun banyak di antaranya belum pulih sepenuhnya. Bahkan, beberapa tentara terlihat menggunakan kruk saat kembali ke medan perang. Keputusan ini memicu kecaman dari komunitas internasional yang mempertanyakan etika militer Rusia dalam menangani prajuritnya.
Laporan dari lapangan menunjukkan bahwa Rusia kekurangan pasukan akibat tingginya angka korban jiwa. Oleh karena itu, tentara yang belum pulih total dipaksa kembali bertempur. Para pengamat menilai strategi ini sebagai tanda tekanan besar dalam menjaga kekuatan tempur di tengah perang yang berkepanjangan.
Selain itu, sejumlah tentara mengaku mendapat tekanan kuat untuk segera kembali ke garis depan, terlepas dari kondisi kesehatan mereka. Beberapa sumber menyebutkan bahwa peralatan medis terbatas, sehingga proses pemulihan menjadi tidak optimal.
Rusia kirim pasukan terluka menjadi sorotan internasional. Banyak organisasi kemanusiaan mengecam langkah ini dan menyerukan perlindungan lebih baik bagi prajurit yang terluka. Mereka menilai keputusan tersebut melanggar standar kemanusiaan dalam konflik bersenjata.
Hingga kini, pemerintah Rusia belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan ini. Namun, para pengamat memperkirakan bahwa kekurangan pasukan menjadi alasan utama di balik kebijakan ini.
Dengan situasi perang yang semakin rumit, perhatian dunia kini tertuju pada langkah Rusia selanjutnya. Apakah mereka akan terus mengorbankan pasukan dalam kondisi tidak layak, atau mencari solusi yang lebih manusiawi? Sementara itu, komunitas internasional terus memantau perkembangan ini dengan cermat.